TANK TERBAIK DUNIA
Bagi pemerintah Indonesia, tank-tank canggih itu dapat memperkuat pasukan tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI), dalam hal ini Angkatan Darat. Namun apa harus dikata, wacana pembelian tank Leopard itu mendapat tentangan dari berbagai elemen. Bahkan sejumlah anggota DPR RI pun menolak keras. Mereka mengatakan tank-tank Leopard tersebut tidak pas untuk medan di Indonesia yang berbukit-bukit, dan berawa-rawa, juga kondisi jalannya pun tak akan kuat menahan bobot tank tersebut yang mencapai 60 ton lebih. Sementara kekuatan jalan di Indonesia paling separonya (30-40 ton).
Kemudian untuk membuktikan pas tidaknya tank Leopard itu berseliweran di bumi Indonesia, tanggal 14 sampai 20 April 2012 sejumah angota Komisi Pertahanan DPR melanglang buana ke Afrika Selatan, Jerman, Republik Ceko dan Polandia.
Ketua Komisi Pertahanan DPR, Mahfudz Siddiq berujar, di Jerman mereka mencari tahu soal rencana pemerintah Indonesia membeli tank Leopard untuk TNI Angkatan Darat. ''Kunjungan ini penting, jadi tolong dimaklumi,'' ucap Mahfudz Siddiq (Majalah Tempo, edisi 9-15 April 2012).
Sebagaimana dirilis situs military-today.com, disebutkan sejak perang dunia kedua, tank-tank buatan Jerman sudah ditakuti tentara sekutu. Salah satu tumpuan kekuatan Hitler pada waktu itu terletak pada kekuatan lapis baja, dengan tank kelas berat sebagai salah satu intinya. Hal ini terus berlangsung hingga sekarang. Jerman menjadi salah satu kiblat alat utama sistem persenjataan (alutsista) dunia.
Karena itu, tidak mengherankan jika militer dunia mendudukkan Tank Leopard 2A6 sebagai salah satu main battle tank (MBT) terbaik di dunia. Tank ini mengungguli M1A2 Abrams, Challenger 2 dan Leclerc dari segi mobilitas, proteksi dan daya hantam kanon. Tidak salah jika Jerman, Kanada, Yunani, Belanda, Portugis dan Spanyol menggunakan tank Leopard ini sebagai andalan pasukan tempur mereka.
42 Peluru Kanon
Lapisan pelindungnya menggunakan campuran lapis baja terbaru yang diklaim mampu menghentikan proyektil peluru. Sementara untuk senjata, Leopard mengandalkan kanon Rheinmetall berkaliber 120 mm. Akurasi tembakannya lebih baik dari pendahulunya, Tank 2A5. Setiap tank bisa membawa hingga 42 peluru kanon. Selain itu, tank ini dilengkapi dua senapan mesin 7,62 mm.
Leopard 2A6 berbobot 62 ton dan dioperasikan empat awak. Masing-masing bertugas sebagai komandan tank, penembak, pengisi peluru, serta pengemudi. Tank ini mampu mendaki hingga kemiringan 60 derajat dan melewati halangan vertikal dan melaju hingga 72 km. Cukup lincah untuk ukuran MBT. Daya jelajahnya mencapai 550 km. Di medan tempur, tank ini benar-benar menjadi monster lapis baja yang akan melumat tank-tank lain.
Rencana pembelian 100 buah Tank Leopard 2A6 eks Belanda hingga kini masih menjadi polemik di Tanah Air. Namun dengan perkembangan teknologi saat ini, memang sudah saatnya Indonesia memiliki tank kelas berat sekelas Leopard 2A6 itu.
Bahkan pengamat militer, Aris Santoso sebagaimana dirilis detikcom, belum lama ini mengatakan, pembelian tank sekelas Leopard 2A6 penting untuk TNI. ''Guna mengejar ketinggalan Korps Kavaleri dari negara lain. Sekarang ini kan Kavaleri kita mandek hanya mengandalkan tank-tank ringan. Tidak ada pengembangan untuk mempelajari MBT,'' ucapnya.
Bahkan dia menambahkan Singapura saja yang negara metropolitan sudah punya tank kelas berat sejak tahun 1980-an. Tank itu ditaruh di Taiwan, sehingga mereka berlatih di sana. Hal itu menunjukkan keseriusan Singapura untuk membangun angkatan perangnya. Demikian juga negara-negara ASEAN lain. "Masa, Indonesia tidak punya MBT,'' kata dia.
Sebagaimana diketahui, Indonesia saat ini memang hanya mengandalkan tank ringan sekelas Scorpion dan AMX 13. Tentu saja tank-tank ringan yang hanya berbobot 15-25 ton ini bukan tandingan tank kelas berat yang berbobot 50 ton ke atas. Dari segi persenjataan pun jelas berbeda. Scorpion, misalnya, hanya mengandalkan kanon 76 mm. Bandingkan dengan MBT yang memiliki kanon 120 mm. Demikian pula daya perusak dan proteksi lapis baja, tank ringan tentu bukan tandingan tank kelas berat
Komentar
Posting Komentar